Pengantar
Kitab al-Hikam karya Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandari, pasti tidak asing di kalangan santri (apalagi santri NU, pasti paham, red).Kitab tasawuf mengulas banyak hal yang bisa menjadi landasan hidup sehari-hari.
Bagi santri NU, mengaji kitab al-Hikam pasti melalui jalur yang benar, yaitu ngaji kitab (kuning)-nya ke Kyai yang mumpuni, karena sebelumnya, guru kita juga sudah belajar ke kyai-nya. Ini yang disebut ilmu bersanad.
Saat ini, cukup banyak terjemahan kitab Hikam yang ditemukan di toko-toko buku, yang berasal dari berbagai penerbit. Namanya terjemahan, ya pasti menerjemahkan (mengartikan) kalam dari kitab tersebut.
Namun Kyai Haji Manshur Abdullah, ketua PCNU Magetan, menerbitkan Terjemahan Kitab al-Hikam dengan formula yang berbeda dibanding terjemahan pada umumnya. Selain terjemahan dan penjelasan, Pengasuh Pondok Pesantren al-Mafaza Tawanganom Magetan ini, juga memberi contoh-contoh singkat dan padat sebagai intisari dari kalam (kalimat) di Hikam tersebut.
Buku yang diberi judul “Menata Hati Lebih Beradab Pada Tuhan untuk Meraih Maqam Ihsan” merupakan terjemahan dan penejelasan Kitab al-Hikam, yang diperas dari 6 syarah kitab al-Hikam. Kan luar biasa.
Kehadiran buku tersebut bukan ujug-ujug. KH Manshur cukup lama memimpin pengajian kitab Hikam di majelis taklim al-Madina KPR Asabri I. Sudah tamat tiga kali. Bukan waktu yang pendek, karena butuh waktu 8 tahun untuk bisa tamat Kitab al-Hikam.
Bukan hanya penguasaannya terhadap materi kitab al-Hikam, pengalaman batin juga beliau alami. Hingga beliau harus istirahat 2 tahun tidak mengajar kitab Hikam di majelis taklim, karena cobannya begitu berat kala itu. “ Apa yang kita kaji di kitab itu, kita alami di kenyataan, jadi butuh proses kesiapan mental,” kata KH Manshur seperti dikutip akun youtub numedia saat podcast beberapa waktu lalu. (bisa dilihat di akun youtube https://www.youtube.com/watch?v=46U4IhqFwJY )
Buku terjemahan dan penjelasan kitab al-Hikam yang ditulis oleh Kyai Manshur pasti berbobot. Selain terjemahan, juga dilengkapi dengan penjelasan yang singkat dan padat.
Ambil contoh misalnya, pada Bab pertama, KH Manshur mengurai bab pertama :
من علامة اللإعتماد على العمل : نقصان الرجاء عند وجود الزلل
Bersandar pada amal (itu bahaya), diantara tandanya; Saat berbuat dosa, terlalu kecil perasaan berharap (rojak) ampunan Allah (dan terlalu besar rasa takut (khauf) akan disiksa Allah). Sebaliknya; Saat beramal baik, terlalu besar perasaan berharap untuk diterima, terlalu kecil perasaan takut untuk ditolak amalnya.
Penjelasan:
Inti agama, itu tiga: Islam – Iman – Ihsan. Islam: fokus memperbaiki perilaku lahir. Iman: fokus memperbaiki perilaku hati. Ihsan: fokus memperbaiki ruh/sir.
Ilmunya: Islam ilmunya syariat, Iman ilmunya thariqat, Ihsan ilmunya haqiqat. Pelakunya disebut: Pemula – Penempuh – Pemuncak.
Tujuannya: lahiriyah menyembah – Hati/Batin memurnikan arah – Ruh menyaksikan (Allah). Atau syariat untuk memperbaiki lahir – Thariqat untuk memperbaiki hati/batin – Haqiqat untuk memperbaiki ruh/sir.
Memperbaiki Lahir dengan: Taubat-Taqwa – Istiqamah. Memperbaiki Hati dengan: Tulus Serius – Fokus (Ikhlas – Sidiq – Thumakninah). Memperbaiki Ruh dengan: Muraqabah – Musyahadah – Makrifat. Atau memperbaiki lahir dengan melaksanakan perintah menjauhi larangan. Memperbaiki hati dengan pembersihan sifat keruh -pengisian sifat terpuji dalam hati. Memperbaiki ruh dengan menumbuhkan watak merendah-pasrah – ber-akhlak pada Allah. (Shalih Lahir – Shalih Batin – Shalih Ruh).
Caranya: Lakukan syariat dahulu, lalu meningkat ke thariqat, baru naik ke haqiqat. Pada tahap thariqat ini, para penempuh hendaknya:
Pertama: Membersihkan hati lalu membuang jauh-jauh, perasaan bisa beramal karena daya-upaya kekuatan diri-sendiri. Lalu tumbuhkan perasaan bisa beramal hanya atas pertolongan – daya – kekutan dari Allah semata. Kalau sudah bisa, langkah Kedua: Hilangkan perasaan bersandar pada amal. Lalu tumbuhkan perasaan bersandar pada Allah semata.
****
Bagi saya, cukup lengkap penjelasannya, dilengkapi dengan cara-cara mengamalkannya. Alhamdulillah, saya bisa memiliki dan membaca buku yang cukup istimewa itu. Matur sembah nuwun Kyai Manshur.
M.Ramzi
santri ndalem numedia.or.id