Batik Kepo, Hasil Kreasi Santri PP Subulus Syafi’in

Kawedanan, numedia

Pagi itu, setelah mengikuti rutinan mengaji, para santri di Pondok Pesantren Subulus Syafi’in, Desa Pojok Kawedanan, Magetan, tidak istirahat. Mereka menuju ke sebuah halaman di lingkungan pondok, sebagian ke ruang kelas. Mereka merampungkan pekerjaannya membatik

Memang, selain kegiatan rutin mengaji di Bulan Ramadhan,  santriwan santriwati Pondok Pesantren Subulus Syafiin ini kesibukan baru selama bulan puasa

Mereka membuat kerajinan batik.  Namanya batik Kepo (kreasi pondok). Mahakarya yang menjadi  identitas kekayaan nusantara, yang dihasilkan para santri.

Penanggung jawab batik Kepo, Azzahra Hafizhatul Azizah, mengatakan batik ini lahir pada November 2020 kemarin saat pandemi covid-19. “Selain kepanjangan dari kreasi pondok, nama kepo kita ambil agar mudah dikenal di generasi milenial, karena batik ini lahir di era milenial,” kata Azzahra Hafizhatul Azizah, kepada numedia.or.id (22/04/2021).

Batik ini lahir, dengan ide dari Pengasuh PP Subulus Syafi’in, (alm) Gus Pri. “Karena di masa pandemi saat itu, banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan, akhirnya anak-anak santri diberi kesibukan membatik,” tambah perempuan yang juga putri almarhum Gus Pri ini.

Seiring berjalannya waktu batik Kepo ini,  mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Kekayaan warna dan kombinasi tiga teknik batik, yaitu tulis, cap, dan ciprat menjadi salah satu kelebihan batik yang lahir di pondok pesantren ini. “Yang mengerjakan memang santri, tapi untuk yang batik tulis, sebagian para guru,” ujarnya.

Selama bulan puasa ini, permintaan batik Kepo, justru meningkat. Utamanya dari instansi pemerintah perkantoran atau masyarakat umum. “Sebagian untuk baju lebaran atau untuk suvenir Idul Fitri nanti,” jelasnya. Untuk peminatnya, tidak hanya dari magetan saja dari luar daerah, seperti Ponorogo, Ngawi, Madiun, Surabaya, Jakarta hingga luar Jawa.

Bahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, juga kepincut dengan batik kepo khas pondok pesantren subulus syafi’in. Untuk harganya pun bermacam-macam dari yang paling murah 200 ribu rupiah hingga 4 juta rupiah per-lembar.

Bagi anda yang berminat, bisa langsung datang ke Pondok Pesantren Subulus Syafi’in, Desa Pojok Kawedanan, Magetan. (er/er)