Bahagia Harus dengan Banyak Hal, Adalah Kebodohan

Magetan-numedia

Hidup itu Apa ? Kata Gus Baha, Hidup itu adalah cari sebanyak mungkin supaya hidup itu tidak bergantung pada banyak hal. Orang yang untuk mempertahankan eksistensinya butuh banyak hal, dengan orang yang tidak butuh banyak hal itu pintar mana?

Orang baru bisa bahagia kalau sudah mempunyai banyak hal, jabatan tinggi, uang banyak, rumah mewah, mobil banyak, dengan orang yang bahagia dengan apa yang sudah dimiliki, lebih pintar mana?
Gus Baha menyebut, orang yang banyak kebutuhan, itu sebenarnya banyak kebodohannya. Karena menggantungkan kebahagiaannya dengan banyak hal.
Makanya, Imam Syafi’i mengatakan, Istighna’ itu apa?
الإستغناء عن الشيء لا به

al-istighnāu ’anis-syai lā bih

Kecukupan adalah berusaha sebanyak mungkin, banyak hal yang tidak kamu butuhkan, bukan memenuhi apa yang menjadi keinginan/kebutuhan kamu. Kenapa, karena nafsu manusia tidak ada batasnya. “Kalau kamu penuhin tidak akan selesai,” kata Gus Baha.

Kalau ditarik pada realitas, bisa ambil contoh. Orang yang melakukan korupsi, misalnya, adalah orang-orang yang mampu (cukup) secara ekonomi.

Kalau untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, kebutuhan keluarga sudah cukup. Bahkan mungkin lebih dari cukup. Kenapa harus korupsi, memakan hak orang lain?
Mungkin salah satunya karena mereka punya keinginan yang belum tercapai. Mau ganti mobil baru, rumah baru, dan lainnya. Dan itu menjadi “ukuran kebahagiaan” mereka.
Mereka berpikir baru bisa bahagia, setelah memiliki banyak hal itu. Lalu apakah mereka bisa bahagia? Rasanya tidak, karena banyak hal itu tidak ada batasnya.

Cukuplah kita mengukur kebahagiaan dengan mensyukuri yang sudah kita punya. Salah satunya, ngopi wa udud.

Penulis : M.Ramzi